Yuk Mengenal Sejarah Prangko di Hari Filateli Indonesia

Bertepatan dengan Hari Filateli Indonesia pada hari ini, 29 Maret 2016, mari kita mengenal sejarah prangko dan filateli.
Apakah Anda masih ingat masa lalu dimana Anda selalu menantikan tukang pos yang bersepeda datang ke rumah Anda? Wajah murung Anda berubah begitu melihatnya, berharap ia membawakan surat untuk Anda.
Munculnya media komunikasi yang lebih modern seperti e-mail dan telepon seluler, maka penggunaan kantor pos untuk mengirimkan surat pun berkurang. Nah, mari kita mengulang kembali masa lalu dimana sebuah prangko masih sangat berharga.
Sejarah prangko
Foto di atas ini adalah prangko pertama di muka bumi. Prangko ini disebut dengan “Penny Black” karena menggunakan tinta berwarna hitam dan terdapat tulisan one penny.
Prangko pertama ini dicetak dan digunakan pertama kali pada Mei 1840 di Inggris. Ukiran wanita di prangko adalah Ratu Victoria muda yang tengah menjabat menjadi ratu Inggris. Terbitnya wajah beliau pada prangko dikarenakan untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-21 pada bulan itu.
Prangko pertama kali diciptakan oleh Sir Rowland Hill. Ia tidak sengaja melihat seorang tukang pos yang mengantarkan surat untuk seorang gadis, namun gadis itu menolak untuk membayar biaya pengiriman pos. Maka ia menciptakan prangko yang menjadi tanda bukti pelunasan biaya pengiriman surat yang dibayarkan oleh pengirim. Prangko juga distempel agar tidak dapat digunakan lagi.
Prangko kemudian menyebar luas ke negara lainnya, dengan biaya yang berbeda-beda. Indonesia menggunakan prangko 24 tahun kemudian pada zaman penjajahan Belanda. Prangko pertama di Indonesia dicetak di Belanda pada 1 April 1864 dan memuat gambar Raja Willem III yang menjabat menjadi Raja Belanda saat itu.
Kata prangko dalam bahasa Indonesia diambil dari kata ‘Franco’, seorang warga Italia yang pertama kali mengantarkan pos pada tahun 1505 di Eropa.
Pages: 1 2