Meski Tidak Kaya, Mereka Sukses Membangun Sesuatu

2. Alan – Sopir Bus
Namanya Alan, berbadan besar dan berambut gondrong. Namun sopir bus ini adalah inspirator sekaligus motivator bagi banyak orang. Ia diupahi kurang lebih 2-4 juta per bulan dengan profesinya sebagai sopir bus malam. Namun hal itu tidak menghalanginya untuk mendirikan sekolah di kampungnya.
Pada tahun 2009 ia berhasil mendirikan Sekolah Madrasyah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Darul Ulum di Bima, Nusa Tenggara Barat. Dengan bekal tanah warisan orang tua seluas 10 are, Alan kemudian memutuskan untuk menggunakan sebagian uang tabungannya selama menjadi sopir untuk membangun sekolah agama. Ia menggratiskan biaya pendidikan dan seragam sekolah agar para orang tua yang memiliki anak umur SD di dusun Tololai mau menyekolahkan anaknya.
3. Ardyan – Direktur PT. Galena Perkasa
“Kita tidak bisa disebut sukses jika belum memberi manfaat bagi orang lain,” ujar Ardyan, direktur PT. Galena Perkasa ketika menyikapi soal kesuksesan. Ia tidak hanya memikirkan kesejahteraan karyawannya, namun juga kepada warga sekitarnya. Ia dan teman-temannya membangun sekolah di daerah pembuangan sampah.
Awalnya sekolah ini disebut Sekolah Pelangi karena dibangun dari bilik bambu yang dicat warna warni agar anak-anak kurang mampu mau sekolah. Sekolah ini menarik perhatian banyak pihak sehingga murid-muridnya pun diberikan bantuan berupa buku dan seragam. Walau saat ini bangunan sekolah sudah cukup bagus, murid-murid tetap dapat sekolah gratis.
Ardyan merasa bahwa mengumpulkan harta tidak ada gunanya bila kita tidak dapat berbagi dengan orang miskin. Ia dan teman-temannya juga hobi mengamen di kafe dan restoran di Jawa Timur, kemudian membagikan uangnya ke orang-orang tidak mampu.